Kisah Kisagotami
-----------------------------
Dahulu ada seorang wanita bernama Kisagotami, yang putra sulungnya
meninggal. Dia begitu berduka hingga ia berkeliaran di jalanan membawa
mayat anaknya dan meminta bantuan untuk menghidupkan kembali anaknya.
Seorang pria yang baik dan bijaksana membawanya ke Sang Buddha.
Sang Buddha berkata, "Ambilkan segenggam biji sawi dan Aku akan
menghidupkan kembali anakmu" Dengan sukacita Kisagotami memulai untuk
mencari biji sawi tersebut. Kemudian Sang Buddha menambahkan, "Tetapi
benih tersebut harus berasal dari keluarga yang belum mengenal
kematian."
Kisagotami pergi dari pintu ke pintu di seluruh desa untuk meminta
biji sawi, tapi semua orang berkata,
☆ Sissa Dhamma ☆
Minggu, 09 Juni 2013
Agama apa yg paling baik
Agama apa yg paling baik ?
Seorang ahli dari kelompok"The Theology Of Freedom"
dari Brazil
bernama Leonardo Boff
bertanya pd Dalai Lama
pemimpin umat Buddha
dari Tibet
"Yang Mulia,
apakah agama terbaik ?"
Leonardo Boff menduga
bahwa Dalai Lama
akan menjawab
"Agama Buddha dari Tibet
ato agama Oriental
yg lebih tua
dari agama Kristen."
Ternyata sambil tersenyum
Dalai Lama menjawab
"Agama terbaik yaitu
agama yg membuat anda
menjadi org yg lebih baik."
Sambil menutupi rasa malu
karna punya dugaan kurang baik
tentang Dalai Lama
Leonardo Boff bertanya lagi
"Apakah tanda agama
yg membuat kita
menjadi lebih baik? "
Sabtu, 08 Desember 2012
Kisah "Penjual Ikan"
Cerita, "Penjual Ikan"
Seseorang mulai berjualan ikan segar dipasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan "Disini Jual Ikan Segar"
Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya. "Mengapa kau tuliskan kata :DISINI ? Bukankah semua orang sudah tau kalau kau berjualan DISINI , bukan DISANA?"
"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".
Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya.
"Mengapa kau pakai kata
Seseorang mulai berjualan ikan segar dipasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan "Disini Jual Ikan Segar"
Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya. "Mengapa kau tuliskan kata :DISINI ? Bukankah semua orang sudah tau kalau kau berjualan DISINI , bukan DISANA?"
"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".
Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya.
"Mengapa kau pakai kata
Rabu, 14 November 2012
Yaksha Pengobar Kemarahan dan Dewa Sakra Devanam Indra
Ketika membabarkan Dharma di Grdhrakuta (Puncak Gunung Nasar), Rajagaha, Sang Buddha
memberikan bimbingan kepada para murid dengan mengambil sebuah kisah sebagai contoh,
dulu pernah ada seorang Yaksha (makhluk halus) yang wajahnya sangat buruk, dia duduk
di kursi Dewa Sakra Devanam Indra (Raja Dewadari
Surga Tavatimsa) tanpa ijin, sudah tentu semua dewa langit merasa sangat
marah saat melihat perbuatannya ini dan terus menghujatnya, mereka memintanya
agar segera pergi dari sana, akan tetapi ternyata
memberikan bimbingan kepada para murid dengan mengambil sebuah kisah sebagai contoh,
dulu pernah ada seorang Yaksha (makhluk halus) yang wajahnya sangat buruk, dia duduk
di kursi Dewa Sakra Devanam Indra (Raja Dewadari
Surga Tavatimsa) tanpa ijin, sudah tentu semua dewa langit merasa sangat
marah saat melihat perbuatannya ini dan terus menghujatnya, mereka memintanya
agar segera pergi dari sana, akan tetapi ternyata
Kue beracun untuk Kakak
Alkisah di China,
terdapat 2 orang kakak beradik yg berbeda ibu.
Ibu si kakak sudah lama meninggal.
Kini dia tinggal bersama ayah, ibu tiri & adik tirinya.
terdapat 2 orang kakak beradik yg berbeda ibu.
Ibu si kakak sudah lama meninggal.
Kini dia tinggal bersama ayah, ibu tiri & adik tirinya.
Sang kakak menanam pohon labu & dgn rajin memeliharanya hingga tumbuh besar.
Suatu hari mereka mendengar kabar bahwa raja sedang sakit parah,
tabib istana mengatakan bahwa labu kembar dpt menyembuhkan penyakit raja.
Maka di adakan sayembara,
barangsiapa yg memiliki labu kembar akan mendapat satu peti emas.
Sang kakak segera memberitahu pd keluarganya.
Pada hari keberangkatan sang kakak ke ibukota,
ibu memanggil si adik ke dlm dapur,
"Ada 2 ptg kue, yg polos & bergambar bunga.
Berilah kakakmu kue yg
Suatu hari mereka mendengar kabar bahwa raja sedang sakit parah,
tabib istana mengatakan bahwa labu kembar dpt menyembuhkan penyakit raja.
Maka di adakan sayembara,
barangsiapa yg memiliki labu kembar akan mendapat satu peti emas.
Sang kakak segera memberitahu pd keluarganya.
Pada hari keberangkatan sang kakak ke ibukota,
ibu memanggil si adik ke dlm dapur,
"Ada 2 ptg kue, yg polos & bergambar bunga.
Berilah kakakmu kue yg
Selasa, 13 November 2012
Kisah Cakkhupala Thera
Suatu hari, Cakkhupala Thera berkunjung ke Vihara Jetavana untuk
melakukan penghormatan kepada Sang Buddha. Malamnya, saat melakukan
meditasi jalan kaki, sang thera tanpa sengaja menginjak banyak serangga
sehingga mati. Keesokan harinya,
pagi-pagi sekali serombongan bhikkhu yang mendengar kedatangan sang
thera bermaksud mengujunginya. Di tengah jalan, di dekat tempat sang
thera menginap mereka melihat banyak serangga yang mati.
“Iiih…, mengapa banyak serangga yang mati di sini?” seru seorang bhikkhu. “Aah, jangan jangan…”, celetuk yang lain. “Jangan-jangan apa?” sergah beberapa bhikkhu. “Jangan-jangan ini perbuatan sang thera!” jawabnya. “Kok bisa begitu?” tanya yang lain lagi. “Begini, sebelum sang thera berdiam disini, tak ada kejadian seperti ini. Mungkin sang thera terganggu oleh serangga-serangga itu. Karena jengkelnya ia membunuhinya.”
“Itu berarti ia melanggar vinaya, maka perlu kita laporkan kepada Sang Buddha!” seru beberapa bhikkhu. “Benar, mari kita laporkan kepada Sang Buddha, bahwa Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya”, timpal sebagian besar dari bhikkhu tersebut.
Alih-alih dari mengunjungi sang thera, para bhikkhu itu berubah haluan, berbondong-bondong menghadap Sang Buddha untuk melaporkan temuan mereka, bahwa “Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya!”
Mendengar laporan para bhikkhu, Sang Buddha bertanya, “Para bhante, apakah kalian telah melihat sendiri pembunuhan itu?”
“Tidak bhante”, jawab mereka serempak.
Sang Buddha kemudian menjawab,
“Iiih…, mengapa banyak serangga yang mati di sini?” seru seorang bhikkhu. “Aah, jangan jangan…”, celetuk yang lain. “Jangan-jangan apa?” sergah beberapa bhikkhu. “Jangan-jangan ini perbuatan sang thera!” jawabnya. “Kok bisa begitu?” tanya yang lain lagi. “Begini, sebelum sang thera berdiam disini, tak ada kejadian seperti ini. Mungkin sang thera terganggu oleh serangga-serangga itu. Karena jengkelnya ia membunuhinya.”
“Itu berarti ia melanggar vinaya, maka perlu kita laporkan kepada Sang Buddha!” seru beberapa bhikkhu. “Benar, mari kita laporkan kepada Sang Buddha, bahwa Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya”, timpal sebagian besar dari bhikkhu tersebut.
Alih-alih dari mengunjungi sang thera, para bhikkhu itu berubah haluan, berbondong-bondong menghadap Sang Buddha untuk melaporkan temuan mereka, bahwa “Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya!”
Mendengar laporan para bhikkhu, Sang Buddha bertanya, “Para bhante, apakah kalian telah melihat sendiri pembunuhan itu?”
“Tidak bhante”, jawab mereka serempak.
Sang Buddha kemudian menjawab,
Riwayat Hidup Buddha Gotama
Sang Buddha lahir di antara
suku Sakya, di sebuah kerajaan di negeri yang sekarang bernama Nepal.
Raja di sana bernama Suddhodhana, permaisurinya adalah Ratu Maya.
Meskipun Raja Suddhodana dan Ratu Maya sudah lama menikah, namun anak
yang sangat mereka dambakan belum juga mereka peroleh, sampai pada suatu
waktu Ratu Maya mencapai umur 45 tahun. Ketika itu Ratu Maya ikut serta
dalam perayaan Asadha yang berlangsung tujuh hari lamanya. Setelah
perayaan selesai Ratu Maya mandi dengan air wangi, mengucapkan janji
uposatha dan kemudian masuk ke kamar tidur.
Sewaktu tidur, Ratu Maya memperoleh impian yang aneh sekali. Ratu bermimpi bahwa empat orang Dewa Agung telah mengangkatnya dan membawanya ke Himava (Gunung Himalaya) dan meletakkannya di bawah pohon Sala di (lereng) Mannosilatala. Kemudian para istri Dewa-Dewa Agung tersebut memandikannya di danau Anotatta, menggosoknya dengan minyak wangi dan kemudian memakaikannya pakaian-pakaian yang biasanya dipakai oleh para dewata. Selanjutnya Ratu dipimpin masuk ke sebuah istana emas dan direbahkan di sebuah dipan yang bagus sekali. Di tempat itulah seekor gajah putih dengan memegang sekuntum bunga teratai dibelalainya memasuki kamar, mengelilingi dipan sebanyak tiga kali untuk kemudian memasuki perut Ratu Maya dari sebelah kanan.
Ratu memberitahu impian ini kepada Raja dan Raja kemudian memanggil para Brahmana untuk menanyakan arti dari impian tersebut. Para Brahmana menerangkan bahwa Ratu akan mengandung seorang bayi laki-laki yang kelak akan menjadi seorang Cakkavati (Raja dari semua Raja) atau seorang Buddha.
Memang sejak hari itu Ratu mengandung dan Ratu Maya dapat melihat dengan jelas bayi dalam kandungannya yang duduk dalam sikap meditasi dengan muka menghadap ke depan.
Sepuluh bulan kemudian di bulan Waisak Ratu memohon perkenan dari Raja untuk bersalin di rumah ibunya di Devadaha. Dalam perjalanan ke Devadaha tibalah rombongan Ratu di taman Lumbini (sekarang Rumminde di Pejwar, Nepal) yang indah sekali. Di kebun itu Ratu memerintahkan rombongan berhenti untuk beristirahat. Dengan gembira Ratu berjalan-jalan di taman dan berhenti di bawah pohon Sala. Pada waktu itulah Ratu merasa perutnya agak kurang enak. Secepatnya para dayang memasang tirai di sekeliling Ratu. Ratu berpegangan pada sebatang dahan pohon Sala, dan dalam sikap berdiri itu lahirlah bayi laki-laki. Waktu itu tepat bulan purnama di bulan Waisak, tahun 623 sebelum masehi (SM).
Empat Maha Brahma menerima bayi itu dengan jaring emas. Dari langit turunlah air hangat bercampur dingin untuk memandikan anak itu, walaupun sebetulnya sang bayi sudah bersih, tanpa darah yang melekat. Bayi itu kemudian berdiri tegak, berjalan tujuh langkah. Setiap dia menapak, di bawah kakinya tumbuhlah bunga teratai, lalu Ia berkata:
"Aggo `ham asmi lokassa
jettho `ham asmi lokassa
settho `ham asmi lokassa
ayam antima jati
natthi dani punabbhavo"
artinya adalah:
"Akulah pemimpin di dunia ini
akulah tertua di dunia ini
akulah teragung di dunia ini
inilah kelahiranku yang terakhir
tak akan ada tumimbal lahir lagi"
Seorang pertapa bernama Asita (juga di sebut Kaladevala) diberitahu oleh para dewa, bahwa telah lahir seorang bayi lelaki yang kelak menjadi seorang Buddha (Yang Sadar). Maka Asita pun berangkat ke tempat bangsa Sakya. Asita melihat sang bayi memiliki 32 tanda dari seorang Mahapurisa, ialah "orang besar": Asita segera memberi hormat kepada sang bayi, lalu Raja Suddhodhana menirunya. Asita tertawa bergembira, lalu kemudian menangis. Raja bertanya, mengapa? Pertapa itu menjelaskan, dia tertawa karena senang bahwa bayi itu akan menjadi Buddha kelak, tetapi dia menangis, karena dia sudah tua, tidak akan berkesempatan turut menerima ajaran-ajaran Sang Buddha itu.
Pertapa Asita meneruskan berkata wanti-wanti agar di masa pangeran tumbuh jangan diperbolehkan melihat empat hal, jika Raja tak ingin pangeran menjadi Buddha, ialah: orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa. Jika pangeran melihat empat jenis kehidupan itu, dia pasti akan meninggalkan istana. Pada hari yang sama, lahir pula (timbul) dalam dunia ini:
Yasodhara, yang kemudian juga dikenal sebagai Rahula mata (ibu dari Rahula).
Ananda, yang kelak menjadi pembantu tetap Sang Buddha.
Kanthaka, yang kelak menjadi kuda Pangeran Siddhartha.
Channa, yang kelak menjadi kusir Pangeran Siddhartha.
Kaludayi, yang kelak mengundang Sang Buddha untuk berkunjung kembali ke Kanilavatthu.
Seekor gajah istana.
Pohon Bodhi, di bawah pohon ini Pangeran Siddhartha kelak akan mendapatkan Agung.
Nidhikumbhi, kendi tempat
Sewaktu tidur, Ratu Maya memperoleh impian yang aneh sekali. Ratu bermimpi bahwa empat orang Dewa Agung telah mengangkatnya dan membawanya ke Himava (Gunung Himalaya) dan meletakkannya di bawah pohon Sala di (lereng) Mannosilatala. Kemudian para istri Dewa-Dewa Agung tersebut memandikannya di danau Anotatta, menggosoknya dengan minyak wangi dan kemudian memakaikannya pakaian-pakaian yang biasanya dipakai oleh para dewata. Selanjutnya Ratu dipimpin masuk ke sebuah istana emas dan direbahkan di sebuah dipan yang bagus sekali. Di tempat itulah seekor gajah putih dengan memegang sekuntum bunga teratai dibelalainya memasuki kamar, mengelilingi dipan sebanyak tiga kali untuk kemudian memasuki perut Ratu Maya dari sebelah kanan.
Ratu memberitahu impian ini kepada Raja dan Raja kemudian memanggil para Brahmana untuk menanyakan arti dari impian tersebut. Para Brahmana menerangkan bahwa Ratu akan mengandung seorang bayi laki-laki yang kelak akan menjadi seorang Cakkavati (Raja dari semua Raja) atau seorang Buddha.
Memang sejak hari itu Ratu mengandung dan Ratu Maya dapat melihat dengan jelas bayi dalam kandungannya yang duduk dalam sikap meditasi dengan muka menghadap ke depan.
Sepuluh bulan kemudian di bulan Waisak Ratu memohon perkenan dari Raja untuk bersalin di rumah ibunya di Devadaha. Dalam perjalanan ke Devadaha tibalah rombongan Ratu di taman Lumbini (sekarang Rumminde di Pejwar, Nepal) yang indah sekali. Di kebun itu Ratu memerintahkan rombongan berhenti untuk beristirahat. Dengan gembira Ratu berjalan-jalan di taman dan berhenti di bawah pohon Sala. Pada waktu itulah Ratu merasa perutnya agak kurang enak. Secepatnya para dayang memasang tirai di sekeliling Ratu. Ratu berpegangan pada sebatang dahan pohon Sala, dan dalam sikap berdiri itu lahirlah bayi laki-laki. Waktu itu tepat bulan purnama di bulan Waisak, tahun 623 sebelum masehi (SM).
Empat Maha Brahma menerima bayi itu dengan jaring emas. Dari langit turunlah air hangat bercampur dingin untuk memandikan anak itu, walaupun sebetulnya sang bayi sudah bersih, tanpa darah yang melekat. Bayi itu kemudian berdiri tegak, berjalan tujuh langkah. Setiap dia menapak, di bawah kakinya tumbuhlah bunga teratai, lalu Ia berkata:
"Aggo `ham asmi lokassa
jettho `ham asmi lokassa
settho `ham asmi lokassa
ayam antima jati
natthi dani punabbhavo"
artinya adalah:
"Akulah pemimpin di dunia ini
akulah tertua di dunia ini
akulah teragung di dunia ini
inilah kelahiranku yang terakhir
tak akan ada tumimbal lahir lagi"
Seorang pertapa bernama Asita (juga di sebut Kaladevala) diberitahu oleh para dewa, bahwa telah lahir seorang bayi lelaki yang kelak menjadi seorang Buddha (Yang Sadar). Maka Asita pun berangkat ke tempat bangsa Sakya. Asita melihat sang bayi memiliki 32 tanda dari seorang Mahapurisa, ialah "orang besar": Asita segera memberi hormat kepada sang bayi, lalu Raja Suddhodhana menirunya. Asita tertawa bergembira, lalu kemudian menangis. Raja bertanya, mengapa? Pertapa itu menjelaskan, dia tertawa karena senang bahwa bayi itu akan menjadi Buddha kelak, tetapi dia menangis, karena dia sudah tua, tidak akan berkesempatan turut menerima ajaran-ajaran Sang Buddha itu.
Pertapa Asita meneruskan berkata wanti-wanti agar di masa pangeran tumbuh jangan diperbolehkan melihat empat hal, jika Raja tak ingin pangeran menjadi Buddha, ialah: orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang pertapa. Jika pangeran melihat empat jenis kehidupan itu, dia pasti akan meninggalkan istana. Pada hari yang sama, lahir pula (timbul) dalam dunia ini:
Yasodhara, yang kemudian juga dikenal sebagai Rahula mata (ibu dari Rahula).
Ananda, yang kelak menjadi pembantu tetap Sang Buddha.
Kanthaka, yang kelak menjadi kuda Pangeran Siddhartha.
Channa, yang kelak menjadi kusir Pangeran Siddhartha.
Kaludayi, yang kelak mengundang Sang Buddha untuk berkunjung kembali ke Kanilavatthu.
Seekor gajah istana.
Pohon Bodhi, di bawah pohon ini Pangeran Siddhartha kelak akan mendapatkan Agung.
Nidhikumbhi, kendi tempat
Bagaimana Mengajarkan Agama Buddha Kepada Anak
Eko:"Wah,
pusing nih, besok kalau gue meninggal kayaknya kagak
disembahyangi nih, habis pegang hio, pasang foto gue dibilangin
sama anak tidak boleh"
Sue: "Bukan
loe aja, kalau bini gua beli banyak buah-buahan buat sembahyang,
anak gue kagak ada satupun yang mau makan, katanya nggak boleh
karena bekas sembahyang. Jadi daripada mesti buang, akhirnya beli
seadanya saja"
Sugi:"Itu
mah belum parah, yang parah tuh kalau gue lagi sembahyang
leluhur dibilangin lagi sembah berhala, entar bisa jatuh ke
Neraka"
Contoh
pembicaraan di atas adalah cuplikan yang tidak jarang kita
dengar, saat kita melayat di rumah duka. Apakah hanya sebatas itu
yang Anda harapkan dari anak Anda? Apakah Anda takut tidak ada
yang menyembah-yangkan sesudah Anda meninggal, atau sekadar ingin
dia hanya ikut pasang-pasang hio, dan sebagainya.
Tidak
demikian, sesung-guhnya yang kita inginkan adalah agar anak kita
dapat
Aku Ingin Bahagia
Seseorang memohon kepada Buddha dan berkata: "Aku Ingin Bahagia".
Buddha menjawab: "Lepaskan 'Aku'; itu adalah Ego, lalu lepaskan 'Ingin'; itu adalah Nafsu. Maka yang tersisa hanya 'Bahagia'. :D
Selamat Siang, Semoga semua berbahagia.
Share jika Anda telah memahaminya :)
Buddha menjawab: "Lepaskan 'Aku'; itu adalah Ego, lalu lepaskan 'Ingin'; itu adalah Nafsu. Maka yang tersisa hanya 'Bahagia'. :D
Selamat Siang, Semoga semua berbahagia.
Share jika Anda telah memahaminya :)
Reformasi Batin
Sumber : Buddhist Article
Oleh : V.Nyana
PrologKetika
sedang di depan televisi, terlihat dengan jelas bagaimana situasi tanah
air saat ini yang diwarnai dengan peristiwa kekerasan, kerusuhan,
krisis moneter, pertarungan politik, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan
bahwa bangsa ini sedang berada dalam arus reformasi, dimana dituntut
suatu perubahan sistem secara teratur dan sistematis. Proses reformasi
ini memakan korban yang tidak sedikit jumlahnya. Namun yang dibahas
disini bukanlah reformasi seperti ini, namun yang dimaksud adalah
reformasi sangat diperlukan oleh setiap orang, yang akan merubah tatanan
berpikir seseorang, yang akan membawa kebahagiaan bagi setiap orang.
Reformasi ini adalah Reformasi Batin kita sendiri.
Pada AwalnyaSaat Sang Boddhisatta sedang mencari
Buddhisme dan Sains
Buddhisme dikatakan sejalan dengan Sains atau Ilmu Pengetahuan karena beberapa sebab:
1. Sejalan dengan Cara berpikir ilmiah, TIDAK MUDAH PERCAYA. Bahkan ajaran Buddha sendiri meminta agar orang menguji ajarannya barulah diterima dan diyak
1. Sejalan dengan Cara berpikir ilmiah, TIDAK MUDAH PERCAYA. Bahkan ajaran Buddha sendiri meminta agar orang menguji ajarannya barulah diterima dan diyak
ini.
2. Sejalan dengan Fakta Evolusi (Sumber Evolusi Darwin). Dalam Sains, Fakata Evolusi merupakan akar dari perjalanan kehidupan dan ajaran Buddha TIDAK MENOLAK-nya.
3. Gravitasi atau Hukum Alam sebagai pencipta (sumber: Stephen Hawking) dan proses alam semesta sesuai dengan Hukum Alam. Dalam istilah Buddhis
2. Sejalan dengan Fakta Evolusi (Sumber Evolusi Darwin). Dalam Sains, Fakata Evolusi merupakan akar dari perjalanan kehidupan dan ajaran Buddha TIDAK MENOLAK-nya.
3. Gravitasi atau Hukum Alam sebagai pencipta (sumber: Stephen Hawking) dan proses alam semesta sesuai dengan Hukum Alam. Dalam istilah Buddhis
" MENURUT BUDDHA: ALAM SEMESTA TERCIPTA "
oleh TamanDharma Dot Kom pada 30 September 2010
Menurut pandangan Buddhis, alam semesta ini luas sekali. Dalam alam semesta terdapat banyak tata surya yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Hal ini diterangkan oleh Sang Buddha sebagai jawaban atas pertanyaan bhikkhu Ananda dalam Anguttara Nikaya sebagai berikut :
Ananda apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika loka dhatu (tata surya kecil) ? ....... Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu Sineru, seribu jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana ....... Inilah, Ananda, yang dinamakan seribu tata surya kecil (sahassi culanika lokadhatu). *
Ananda, seribu kali sahassi culanika lokadhatu dinamakan "Dvisahassi majjhimanika lokadhatu". Ananda, seribu kali Dvisahassi majjhimanika lokadhatu dinamakan "Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu".
Ananda, bilamana Sang Tathagata mau, maka ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi mahasahassi lokadhatu, ataupun melebihi itu lagi.
Sesuai dengan kutipan di atas dalam sebuah Dvisahassi Majjhimanika lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya. Sedangkan dalam
Langganan:
Postingan (Atom)