Leaf

Laman

Rabu, 14 November 2012

Yaksha Pengobar Kemarahan dan Dewa Sakra Devanam Indra


Foto: Yaksha Pengobar Kemarahan

dan Dewa Sakra Devanam Indra

 

Ketika membabarkan Dharma di Grdhrakuta (Puncak Gunung Nasar), Rajagrha, Sang Buddha

memberikan bimbingan kepada para murid dengan mengambil sebuah kisah sebagai contoh,

dulu pernah ada seorang Yaksha (makhluk halus) yang wajahnya sangat buruk, dia duduk

di kursi Dewa Sakra Devanam Indra (Raja Dewadari

Surga Tavatimsa) tanpa ijin, sudah tentu semua dewa langit merasa sangat

marah saat melihat perbuatannya ini dan terus menghujatnya, mereka memintanya

agar segera pergi dari sana, akan tetapi ternyata makin dihujat, tubuh Yaksha

ini makin tumbuh besar dan makin enak dipandang.

Dewa Sakra

Devanam Indradatang ke Aula Langit dan mencegah para

dewa dari menghujat Yaksha, dia menjelaskan bahwa Yaksha ini bernama “Pengobar

Kemarahan”, hobbinya adalah membangkitkan amarah orang dan suka membuat

api kemarahan orang semakin berkobar. Dewa Sakra Devanam Indra lalu menawarkan

dupa kepada Yaksha dan berkata dengan sikap penuh hormat kepadanya: “Dewa agung! Saya adalah Sakra.” Ucapan ini

diulanginya selama tiga kali, setiap diucapkan sekali ternyata tubuh Yaksha makin

menyusut, terakhir kembali lagi ke ukuran tubuh dan wajah buruk seperti semula,

Yaksha ini juga segera kabur melarikan diri.

Dewa Sakra

Devanam Indra lalu menempati tempat duduknya dan berkata kepada para dewa: “Mulai sekarang, jangan ada seorang

pun dari kalian yang membangkitkan hati amarah, setiap orang harus bisa mengalah

selangkah, serta menghadapi sikap pemusuhan dengan hati tulus dan rendah diri;

jika tujuan ‘Pengobar Kemarahan’ tidak tercapai, dia tentu akan pergi sendiri.”

Meningkatkan

pengasuhan diri dan bersikap hormat dalam menghadapi orang dan menangani

masalah

Sang Buddha mengambil kisah ini untuk memberi bimbingan kepada para murid, Dewa Sakra

Devanam Indra adalah penguasa para dewa, namun dia mampu mengendalikan nafsu keinginan

dan kegelapan batin, ini adalah sesuatu yang sungguh sulit untuk ditemukan,

kalian sebagai orang yang telah meninggalkan keduniawian dan sedang mencari

pencerahan dengan memusatkan perhatian pada ajaran Buddha, jadi kalian lebih-lebih

harus tahu menggunakan ajaran Buddha untuk mengendalikan kegelapan batin dan

kerisauan batin seperti hati amarah ini.

 

“Yaksha ‘Pengobar Kemarahan’ dalam kisah ini sebetulnya

tidak jauh dari diri kita. Ada orang yang hobbinya memang mempermainkan orang

lain, jika orang tampak marah, maka dirinya merasa senang sekali. Maka sebelum

timbul sebuah niat pikiran, kita harus mengingatkan diri sendiri: ‘Apakah saya

pantas marah terhadap perkataannya ini?’ Jangan hanya karena melihat sebuah ekspresi

wajah atau sebuah tindakan dari orang, emosi kita langsung terbangkitkan,

sebaliknya kita harus berterima kasih kepada pihak lawan dan menganggap dirinya

sebagai Bodhisattva yang menampakkan wujudnya untuk mendidik diri kita.”

 

Master mengajarkan, dunia ini merupakan dunia dari lima alam

kehidupan (alam surga, alam manusia, alam neraka, alam setan kelaparan dan alam

binatang), jadi kita memiliki banyak kesempatan untuk melakukan pembinaan diri

di dalamnya, karena masa kehidupan lampau tidak bisa ditelusuri dan masa kehidupan

mendatang juga tidak dapat diperkirakan, maka kita hanya bisa mencengkam momen

yang ada sekarang juga. “Kita harus menganggap setiap orang yang kita temui

sebagai calon Buddha di masa mendatang, perlakukanlah dengan sikap hormat dan

menghargai, sepenuh hati memperhatikan konsep pemikiran dan cara memperlakukan

orang lain darinya. Dengan demikian, kita akan menemukan para Buddha dan

Bodhisattva di sekitar diri kita dan setiap orangnya tentu dapat mengajarkan

sesuatu pada diri kita.”  

Master mengatakan, jika ingin memberikan persembahan kepada ratusan, ribuan, bahkan

jutaan Buddha adalah tidak sulit, sebab diri setiap orang adalah Buddha hidup

yang memberikan pelajaran dan memberikan manfaat pada diri kita; jika kita

dapat belajar Dharma dari tubuh setiap orang, tentu jiwa kebijaksanaan kita

akan bisa tumbuh berkembang.

※ Dikutip dari Majalah Tzu Chi edisi 547

 

助人瞋與帝釋天的怒罵

 

佛陀在王舍城耆闍崛山對眾說法時舉例教眾,曾有一個面容醜惡的夜叉,擅自登上帝釋天的座位,天眾不斷對之怒罵,要夜叉趕快離開,但愈是罵他夜叉的身軀就變得愈大,而且容貌身形變得愈莊嚴。

帝釋天來到大堂制止天眾怒罵,並解說這類夜叉名為「助人瞋」,以引人生氣為樂,讓人瞋心愈熾。帝釋天手持香爐,恭敬地對夜叉說:「大仙!我是帝釋。」如此反覆三次,每說一次夜叉身體就縮小一點,最後回復又黑又小的醜惡形貌快速逃離。

帝釋天登座告訴諸天眾,不要生瞋恚心,要退一步,用虔誠、謙卑的心應對;「助人瞋」的心願得不到滿足,就會自行退離。

提升自我修養恭敬心態待人處事

佛陀引以教導弟子,帝釋居天王位受諸欲樂,還能調伏心欲、無明實為難得,大家出家求道、專注學佛,更應懂得運用佛法克制瞋心等無明煩惱。

「故事中『助人瞋』的夜叉,離我們並不遠。有的人喜歡捉弄人,見人生氣自己就很歡喜。因此在起心動念時,要自我警覺:『他說這句話,值得我生氣嗎?』不要看到一個臉色、一個動作就生氣,反而要感恩對方是提升自我修養的菩薩,現境來為我教育。」

上人教示,人間是五趣雜居地,有很多修行機會,過去生無從追溯,未來事無法預測,唯有把握當下。「將生活中遇到的每個人都當成佛,以恭敬、尊重的心相待,用心觀察、體會其人生觀念與待人處事方法。如此諸佛菩薩都在身邊,每一個人都可以教育自己。」

上人言,要供養百千萬億諸佛並不困難,每一個人身上都是活的教育,都能利益我們;若能從每一個人的身上學法,就能增長慧命。

※本文摘自《慈濟月刊》547期
Ketika membabarkan Dharma di Grdhrakuta (Puncak Gunung Nasar), Rajagaha, Sang Buddha

memberikan bimbingan kepada para murid dengan mengambil sebuah kisah sebagai contoh,

dulu pernah ada seorang Yaksha (makhluk halus) yang wajahnya sangat buruk, dia duduk

di kursi Dewa Sakra Devanam Indra (Raja Dewadari

Surga Tavatimsa) tanpa ijin, sudah tentu semua dewa langit merasa sangat

marah saat melihat perbuatannya ini dan terus menghujatnya, mereka memintanya

agar segera pergi dari sana, akan tetapi ternyata makin dihujat, tubuh Yaksha

ini makin tumbuh besar dan makin enak dipandang.

Dewa Sakra

Devanam Indradatang ke Aula Langit dan mencegah para

dewa dari menghujat Yaksha, dia menjelaskan bahwa Yaksha ini bernama “Pengobar

Kemarahan”, hobinya adalah membangkitkan amarah orang dan suka membuat

api kemarahan orang semakin berkobar. Dewa Sakra Devanam Indra lalu menawarkan

dupa kepada Yaksha dan berkata dengan sikap penuh hormat kepadanya: “Dewa agung! Saya adalah Sakra.” Ucapan ini

diulanginya selama tiga kali, setiap diucapkan sekali ternyata tubuh Yaksha makin

menyusut, terakhir kembali lagi ke ukuran tubuh dan wajah buruk seperti semula,

Yaksha ini juga segera kabur melarikan diri.

Dewa Sakra

Devanam Indra lalu menempati tempat duduknya dan berkata kepada para dewa: “Mulai sekarang, jangan ada seorang

pun dari kalian yang membangkitkan hati amarah, setiap orang harus bisa mengalah

selangkah, serta menghadapi sikap pemusuhan dengan hati tulus dan rendah diri;

jika tujuan ‘Pengobar Kemarahan’ tidak tercapai, dia tentu akan pergi sendiri.”

Meningkatkan

pengasuhan diri dan bersikap hormat dalam menghadapi orang dan menangani

masalah

Sang Buddha mengambil kisah ini untuk memberi bimbingan kepada para murid, Dewa Sakra

Devanam Indra adalah penguasa para dewa, namun dia mampu mengendalikan nafsu keinginan

dan kegelapan batin, ini adalah sesuatu yang sungguh sulit untuk ditemukan,

kalian sebagai orang yang telah meninggalkan keduniawian dan sedang mencari

pencerahan dengan memusatkan perhatian pada ajaran Buddha, jadi kalian lebih-lebih

harus tahu menggunakan ajaran Buddha untuk mengendalikan kegelapan batin dan

kerisauan batin seperti hati amarah ini.



“Yaksha ‘Pengobar Kemarahan’ dalam kisah ini sebetulnya

tidak jauh dari diri kita. Ada orang yang hobbinya memang mempermainkan orang

lain, jika orang tampak marah, maka dirinya merasa senang sekali. Maka sebelum

timbul sebuah niat pikiran, kita harus mengingatkan diri sendiri: ‘Apakah saya

pantas marah terhadap perkataannya ini?’ Jangan hanya karena melihat sebuah ekspresi

wajah atau sebuah tindakan dari orang, emosi kita langsung terbangkitkan,

sebaliknya kita harus berterima kasih kepada pihak lawan dan menganggap dirinya

sebagai Bodhisattva yang menampakkan wujudnya untuk mendidik diri kita.”



Master mengajarkan, dunia ini merupakan dunia dari lima alam

kehidupan (alam surga, alam manusia, alam neraka, alam setan kelaparan dan alam

binatang), jadi kita memiliki banyak kesempatan untuk melakukan pembinaan diri

di dalamnya, karena masa kehidupan lampau tidak bisa ditelusuri dan masa kehidupan

mendatang juga tidak dapat diperkirakan, maka kita hanya bisa mencengkam momen

yang ada sekarang juga. “Kita harus menganggap setiap orang yang kita temui

sebagai calon Buddha di masa mendatang, perlakukanlah dengan sikap hormat dan

menghargai, sepenuh hati memperhatikan konsep pemikiran dan cara memperlakukan

orang lain darinya. Dengan demikian, kita akan menemukan para Buddha dan

Bodhisattva di sekitar diri kita dan setiap orangnya tentu dapat mengajarkan

sesuatu pada diri kita.”

Master mengatakan, jika ingin memberikan persembahan kepada ratusan, ribuan, bahkan

jutaan Buddha adalah tidak sulit, sebab diri setiap orang adalah Buddha hidup

yang memberikan pelajaran dan memberikan manfaat pada diri kita; jika kita

dapat belajar Dharma dari tubuh setiap orang, tentu jiwa kebijaksanaan kita

akan bisa tumbuh berkembang.

※ Dikutip dari Majalah Tzu Chi edisi 547



助人瞋與帝釋天的怒罵



佛陀在王舍城耆闍崛山對眾說法時舉例教眾,曾有一個面容醜惡的夜叉,擅自登上帝釋天的座位,天眾不斷對之怒罵,要夜叉趕快離開,但愈是罵他夜叉的身軀就變得愈大,而且容貌身形變得愈莊嚴。

帝釋天來到大堂制止天眾怒罵,並解說這類夜叉名為「助人瞋」,以引人生氣為樂,讓人瞋心愈熾。帝釋天手持香爐,恭敬地對夜叉說:「大仙!我是帝釋。」如此反覆三次,每說一次夜叉身體就縮小一點,最後回復又黑又小的醜惡形貌快速逃離。

帝釋天登座告訴諸天眾,不要生瞋恚心,要退一步,用虔誠、謙卑的心應對;「助人瞋」的心願得不到滿足,就會自行退離。

提升自我修養恭敬心態待人處事

佛陀引以教導弟子,帝釋居天王位受諸欲樂,還能調伏心欲、無明實為難得,大家出家求道、專注學佛,更應懂得運用佛法克制瞋心等無明煩惱。

「故事中『助人瞋』的夜叉,離我們並不遠。有的人喜歡捉弄人,見人生氣自己就很歡喜。因此在起心動念時,要自我警覺:『他說這句話,值得我生氣嗎?』不要看到一個臉色、一個動作就生氣,反而要感恩對方是提升自我修養的菩薩,現境來為我教育。」

上人教示,人間是五趣雜居地,有很多修行機會,過去生無從追溯,未來事無法預測,唯有把握當下。「將生活中遇到的每個人都當成佛,以恭敬、尊重的心相待,用心觀察、體會其人生觀念與待人處事方法。如此諸佛菩薩都在身邊,每一個人都可以教育自己。」

上人言,要供養百千萬億諸佛並不困難,每一個人身上都是活的教育,都能利益我們;若能從每一個人的身上學法,就能增長慧命。

※本文摘自《慈濟月刊》547期

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Marquee

Chinggu thx for coming to my blog